Deskripsi:
Namaku Kate Selena Smith.
Aku baru berumur 17 tahun. Dimasa-masa teen seperti ini aku sangat menyukai hal-hal yang berbau romantis seperti melihat sepasang kekasih berciuman. Ada rasa bahagia yang tak bisa kudeskripsikan dengan jelas, cukup kau tahu aku menyukai melihat mereka seperti itu.
Tapi.. Sigh!
Aku selalu dihampiri si pria bodoh berkacamata bulat yang selalu bercerita tentang kisah para dewa-dewi zaman kuno, para makhluk immortal mulai dari vampir, phoenix, unicorn dan sebagainya.
Blah, blah, blah.. dia selalu mendongeng.
Dongeng? Rolling eyes. Ya, aku selalu menyebut itu dongeng.
Hey ini sudah zaman moderen dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat dan dia masih terus percaya hal seperti itu? Aku tidak percaya!
Sampai akhirnya suatu hari.. Aku dibuat menganga melihat kejadian yang bahkan aku anggap dongeng.
~ Kate Selena Smith ~
©Kim Ara, Agustus 2015
Aku baru berumur 17 tahun. Dimasa-masa teen seperti ini aku sangat menyukai hal-hal yang berbau romantis seperti melihat sepasang kekasih berciuman. Ada rasa bahagia yang tak bisa kudeskripsikan dengan jelas, cukup kau tahu aku menyukai melihat mereka seperti itu.
Tapi.. Sigh!
Aku selalu dihampiri si pria bodoh berkacamata bulat yang selalu bercerita tentang kisah para dewa-dewi zaman kuno, para makhluk immortal mulai dari vampir, phoenix, unicorn dan sebagainya.
Blah, blah, blah.. dia selalu mendongeng.
Dongeng? Rolling eyes. Ya, aku selalu menyebut itu dongeng.
Hey ini sudah zaman moderen dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat dan dia masih terus percaya hal seperti itu? Aku tidak percaya!
Sampai akhirnya suatu hari.. Aku dibuat menganga melihat kejadian yang bahkan aku anggap dongeng.
~ Kate Selena Smith ~
©Kim Ara, Agustus 2015
PROLOG
*****
Olympus
*****
Olympus
*****
Alunan musik piano
menggema diseluruh seluk beluk istana. Lantunan musik yang indah membuat
hati para pelayan istana Olympus menjadi tenang. Mereka bahkan
menghentikan aktivitas mereka sementara demi mendengar lantunan indah
yang dimainkan oleh Aphrodite, sang dewi cinta. Bahkan beberapa dewa
tingkat dua turut mendengarnya. Setiap orang -- ralat, para dewa dan
pelayan di istana Olympus yang mendengar musik yang dimainkan dengan
jari kecil nan cantik milik Aphrodite pasti akan merasa tenang, nyaman
dan akan siap jatuh cinta seorang kepada yang lain.
Dari ruang kamar istana yang lain, Hera -- sang dewi perkawinan, istri pertama dari dewa Zeus datang keruangan tersebut.
"Kenapa kalian
masih disini?" tanya Hera kepada para pelayan dan beberapa dewa tingkat
dua -- bukan termasuk dalam 12 dewa inti istana Olympus, mereka
digolongkan sebagai pejabat istana Olympus dengan gelar dewa tingkat
dua. Mendengar pertanyaan Hera dan wajah Hera yang melotot, membuat para
dewa tingkat dua dan pelayan istana Olympus berhamburan kembali bekerja
ditempat masing-masing.
Hera kemudian
memasuki ruang kamar istana Aphrodite lalu memberi tepukan tangan saat
alunan musik yang dimainkan dengan jari Aphrodite telah selesai.
"Dewi Agung," sapa
Aphrodite sambil memberi hormat dengan kaki sebelah disilang kebelakang
dan menundukkan sedikit badan seiring dengan gerak kepala yang menunduk
lembut.
Aphrodite adalah
anak tiri dewi Hera. Aphrodite adalah anak dari dewa Zeus dan Dione,
seorang dewi lain di istana Olympus. Memikirkan wanita yang mempunyai
anak dari suaminya saja membuat dewi Hera murka, tapi dewi Hera mencoba
menahan amarah itu karena biar bagaimana pun, Aphrodite adalah tunangan
putranya -- putra dewa Zeus dan dewi Hera, Hephaestus. Dewi Hera tidak
ingin ada kesalahpahaman lagi dengan Hephaestus sehingga putranya itu
mengurungnya didalam penjara yang tak bisa dipatahkan oleh dewa manapun.
Sekilas tentang Hephaestus mengurung dewi Hera dikarenakan dewi Hera
pernah membuang Hephaestus karena menurut Hera, Hephaestus bukan anaknya
disebabkan oleh saat itu Hephaestus terlahir pincang dan jelek, sampai
akhirnya Hephaestus membalas dendam pada ibunya. Namun kini mereka telah
berdamai, dan hidup bersama di Olympus.
"Bukankah kamu tengah mengandung anak lelaki manusia itu?" tanya Hera sambil tersenyum miring pada Aphrodite.
"Iya Dewi Agung,"
jawab Aphrodite sambil tersenyum hangat. Hamil anak manusia? Iya,
Aphrodite tengah mengandung anak manusia. Biasanya dalam beberapa tahun
sekali, para dewa-dewi akan turun ke bumi, bertemu dengan manusia, jatuh
cinta, ciuman dan melakukan hubungan badan kemudian mengandung anak
manusia. Tepatnya setengah manusia, setengah dewa.
"Bukankah ini sudah
bulannya kau melahirkan?" tanya Hera. Belum sempat mendengar jawaban
Aphrodite, dewi Hera sudah melanjutkan, "Segeralah turun dan melahirkan
anakmu, dan segeralah menikah dengan Hephaestus." Nada bicara Hera kali
ini terdengar memaksa namun dibalas lagi dengan senyuman dan anggukkan
Aphrodite.
==_oOo_==
*****
Finisia
*****
Finisia
*****
Aphrodite turun ke
bumi, tapi belum pergi menemui lelaki manusia itu. Aphrodite
menyempatkan dirinya turun di belahan bumi lain, di wilayah Finisia.
Saat kakinya
menginjak daerah Finisia, kicauan merdu burung pipit bernyanyi. Dewi
Aphrodite menarik napasnya perlahan menikmati bau khas tanah Finisia
dengan menikmati sambutan merdu burung yang bernyanyi untuknya.
"Dewi, anda sudah
datang. Hambamu siap melayani!" seru seekor burung merak dengan bulu
warna-warni dan ekor berwarna keemasan menghampiri Aphrodite. Burung itu
adalah Phoenix. Rupanya yang semula dalam bentuk burung merak, kemudian
berubah menjadi sosok pemuda tampan.
Sosok pemuda tampan ini
bernama Brian O'connell. Seorang pria dengan wajah tampan, dilihat dari
bola mata yang berwarna biru langit dengan rambutnya yang berwarna
coklat. Postur tubuhnya besar dan tinggi dilengkapi dengan baju bak
keluarga bangsawan. Brian O'connell adalah satu-satunya keluarga
bangsawan dari makhluk immortal Phoenix yang masih bertahan hidup meski
sebenarnya mereka adalah makhluk immortal yang akan membakar diri
sendiri dan lahir kembali setelah 500 tahun. Tapi karena suatu kejadian
dimana terjadi perang besar-besaran antara para makhluk immortal yang
diketuai oleh ayah Brian O'connell, jadi pada akhirnya dewa-dewi
memutuskan mengambil semua Phoenix dari muka bumi dan dimusnahkan.
Berkat kemurahan hati Aphrodite, dia menggunakan jatahnya sebagai
seorang dewi menyelamatkan Brian O'connell dari peristiwa pemusnahan
klan Phoenix itu. Hingga akhirya Brian O'connell mendedikasikan hidupnya
mengabdi selamanya pada dewi Aphrodite yang telah menolongnya.
"Apa kabarmu Brian?" tanya Aphrodite saat sudah menyadari kedatangan Brian.
"Dengan cinta dewi hamba
masih bertahan dan kuat," kata Brian bak pangeran istana dengan
membungkuk sambil salah satu tangan menyilang didada kiri.
"Baiklah. Brian ada yang ingin kubicarakan denganmu, dan ini harus kau lakukan untuku," ucap dewi Aphrodite.
==_oOo_==
*****
Washington DC
*****
Washington DC
*****
Ting.. Tong.. Bunyi bel pintu apartemen.
Pria muda dengan rahang wajah yang kokoh, berbaju tipis berkain sweater berjalan pelan membuka pintu apartemen miliknya.
"Ta-da! I am here," senyum merekah dibibir kedua insan yang bertemu ini.
Pria muda ini
langsung menarik lembut tubuh wanita dihadapannya, merengkuhnya dengan
erat seakan rindu yang telah bertumpuk sekian lama dan baru tersalurkan.
"I miss you so much beb,"
pria ini mencium ubun-ubun wanita yang ada dalam pelukannya. Meski
perut besar wanita itu tetap tak menjadi alasan baginya untuk tidak
memeluk Lovely -- jelmaan dewi Aphrodite.
"I miss you too Mr Smith," bisik Lovely saat mengadahkan kepalanya dalam pelukan Hendry Smith -- lelaki manusia yang dicintainya itu.
Mereka berdua
berpelukan cukup lama. Kemudian Hendry melepas pelukan Lovely, dan
menangkup wajah kecil bulat dihadapannya itu.
"I love you Mrs Smith,"
kata Hendry sambil mengecup bibir Lovely lembut. Tidak hanya sekali
tapi berulang kali dan akhirnya mereka berdua saling mencium lebih
dalam. Saling berpagutan dan saling mendesah ketika leher salah satu
dijelajahi dan yang lain memberi rangsangan pada daerah-daerah sensitif
ditubuh lawan.
"Treat me.." bisik Lovely lembut ditelinga Hendry.
Hendry terkekeh
lalu tersenyum lebar dan mencium dahi Lovely dengan lembut kemudian
mencium mata Lovely dengan lembut pula dan melanjutkan mencium bibir
Lovely sebelum berbisik pada wanita itu, "As your wish Mrs Smith."
Tak lama kemudian
tubuh kedua insan ini tak lagi tertutup sehelai benang pun dengan tubuh
Hendry telah berada dibawah membiarkan Lovely mengambil alih permainan
dan melakukan kegiatan panas mereka sekalipun cuaca malam itu tengah
hujan dan dingin tapi tak menjadi halangan keringat yang bercucuran
diwajah dan tubuh mereka. Keduanya sama-sama mencapai kenikmatan
duniawi.
Selesai melakukan
aktivitas panas tadi, Hendry memakaikan baju Lovely kembali pada tubuh
wanita itu begitupun dengan dia, kemudian menyelimuti keduanya dengan
selimut hangat nan tebal. Hendry tidur memeluk wanita yang kini telah
ada disampingnya dari belakang sambil beristirahat dari aktivitas panas
yang baru selesai mereka lakukan.
Berselang beberapa
menit, Lovely mengerang pelan lalu kemudian kuat. Tampaknya aktivitas
panas tadi merangsang pergerakan janin dari rahim Lovely untuk keluar
lebih cepat. Hendry tampak panik dengan cepat mengambil sebuah pulpen
hitam yang kemudian berubah warna menjadi emas dan tiba-tiba muncul
Khiron wanita dengan rupa manusia bukan rupa sebagai Khiron -- setengah
manusia, setengah kuda.
Khiron wanita
adalah seorang dokter, atau perawat, atau tim kesehatan lain yang
dibutuhkan oleh pasien mereka dengan pena pemanggil.
Dengan sekali
sentakan, Khiron berhasil mengeluarkan bayi dari rahim Lovely. Setelah
selesai menyelesaikan proses persalinan seperti manusia biasa pada
umumnya, dewi Aphrodita meminta untuk menggendong anaknya. Khiron
memberikan kesempatan bagi ibu dan anak yang tidak akan saling melihat
lagi.
"Anak yang cantik.
Sangat cantik seperti ibunya," ucap Hendry sambil mencium pelipis
Lovely. Sedangkan Lovely membalas ciuman itu pada putri mereka.
Diciumnya dengan penuh kehangatan, cinta dan kelembutan.
"Jadilah anak yang cantik, anggun, hangat, lembut dan jangan lupa jadi anak yang membuat kami bangga. Mom love you my princess,"
kecup Lovely sekali lagi pada dahi putrinya, dibarengi suara tangis
darinya. Hendry memeluk wanita yang dicintainya itu dan anak mereka.
==_oOo_==
*****
Vamplides
*****
Vamplides
*****
Di kerajaan
Vamplides, tampak sosok tubuh pria bangsawan, wajah yang tampan
dilengkapi dengan mata coklat kehitaman, dan rambut hitam miliknya,
serta rahang yang kokoh membuat dia benar-benar terlihat seksi untuk
setiap wanita. Dialah Taylor Korsakov -- pangeran kerajaan Vamplides,
yang sedang duduk dijendela melihat hujan yang turun dengan derasnya.
Namun matanya memandang kearah langit dan menangkap satu bintang yang
bersinar terang dilangit.
Aneh, gumamnya dalam hati.
Beratus-ratus tahun
lamanya dia hidup dan baru hari ini dia melihat ada bintang yang
bersinar sangat terang dilangit meski itu disaat hujan deras seperti
sekarang ini.
"Taylor Korsakov!" suara sesosok wanita menyadarkannya dari pandangan kelangit.
Taylor berdecak
kesal sebelum mengarahkan pandangannya menatap sosok tadi. Taylor sangat
suka menikmati waktu sendiri, dan dia sangat kesal jika ada yang
mengganggunya.
"Ada apa?" tanya Taylor dengan wajah datar.
"Kau kakakku apa
bukan sih?" tanya balik Marry Korsakov. Ya, Marry dan Taylor adalah
saudara kandung dari Lord Frederik Korsakov dan Lady Mirranda Korsakov.
"Tentu saja aku
kakakmu, kenapa memangnya?" jawab Taylor dengan enteng seolah dia tidak
menyadari tatapan Marry yang mulai tampak marah.
"Kalau kau memang kakakku, kenapa kau biarkan Stevan Shostakovich mendekatiku?" tanya Marry sambil berkacak pinggang.
"Memangnya ada masalah jika ia mendekatimu?" Taylor kembali bertanya membuat adiknya memutar kedua bola mata miliknya.
"Kau tahu bukan aku
tidak menyukai Stevan dan kau menghasutnya agar semakin mendekatiku,
benar bukan?" Marry kembali bertanya.
Dengan secepat
hembusan angin, Taylor sudah berada disamping Marry dan berbisik, "Aku
rasa dia cocok untukmu jadi aku membuatnya semakin menyukaimu," jawab
Taylor sambil terkekeh berlalu dan menghilang secepat hembusan angin.
Namun langkah
kakinya terhenti saat dia tiba di koridor kerajaan dan melihat betapa
sibuknya para vampire berlalu lalang. Marry yang telah menyusulnya kini
tengah berada disampingnya.
"Ada apa ini?" tanya Taylor penasaran begitu menyadari adiknya tengah berdiri disampingnya.
Marry mendesah pelan, "Kau tidak tahu?" Seperti biasa Marry menjawab pertanyaan kakaknya dengan pertanyaan.
Taylor memandang wajah adiknya dengan dahi mengernyit seakan mengatakan bahwa apakah aku terlihat sedang bercanda bahwa aku tak tahu?
Marry tersenyum
lebar saat mengetahui isi pikiran Taylor, kakaknya. Di klan Vamplides,
masing-masing Vampire mempunyai kekuatan. Tapi tidak semua Vampire,
hanya Vampire dari kelas bangsawan saja yang memiliki kekuatan lain
selain kekuatan Vampire pada umumnya. Dikarenakan Marry adalah bangsawan
jadi Marry mempunyai kekuatan membaca pikiran. Tentu saja kekuatan tiap
bangsawan Vampire berbeda-beda.
"Apakah aku harus
mematahkan lehermu dan kau baru menyadarinya kalau aku butuh jawaban
bukan senyuman?" tanya Taylor yang mulai marah, membuat adiknya tertawa
kecil.
"Okay.. Okay.. Kau tidak perlu sampai harus mematahkan leherku hanya karena aku belum mau memberitahumu," jawab Marry.
Mematahkan leher
adalah hal yang biasa di dunia Vampire. Mereka tidak akan mati hanya
karena mematahkan leher. Mereka hanya akan pingsan selama beberapa jam
tergantung dari kuatnya kekuatan saat dipatahkan. Mematahkan leher bisa
dilakukan pada semua Vampire, tidak terkecuali para bangsawan Vampire.
"Jadi?" Taylor bertanya singkat, seperti sudah mulai jengah dipermainkan oleh adiknya sendiri.
"Terdengar kabar
bahwa hari ini seorang anak setengah dewa setengah manusia telah lahir,
dan kau tahu ayah sangat ingin mendapatkan anak itu demi darahnya yang
akan menjadi obat bagi ibu. Kudengar dari gosip beberapa Vampire klan
Stelvire bahwa bukan hanya darahnya yang menjadi obat bagi Vampire tapi
semua jenis obat bagi setiap makhluk immortal. Kau tahu, bahkan aku
mendengar kalau darahnya dapat membuat semua makhluk yang telah menjadi
batu oleh tiga bersaudari Gorgon, Medusa dan dua saudari lainnya, mampu
kembali pulih dan kembali dalam bentuk sediakala. Karena itu anak itu
menjadi ancaman tersendiri bagi Gorgon," jelas Marry dengan panjang
lebar.
Meskipun tidak
memperhatikan Marry yang tengah menjelaskan karena matanya sedang
menatap kesibukkan di kerajaan Vamplides, Taylor tetap saja mendengar
penjelasan adiknya itu dengan seksama.
"Jadi seperti itu.." Taylor memasukkan kedua tangannya dalam saku celana hitam yang digunakannya.
"Aku jadi penasaran
seperti apa rasa darahnya. Apakah kau pikir itu manis?" tanya Marry
dengan rasa penasaran sambil melipat kedua tangannya dibawah dada.
"Aku pikir begitu,
melihat suasana kerajaan Vamplides jadi sibuk seperti ini," jawab Taylor
dibarengi dengan anggukan kepala Marry.
"Bukan hanya kerajaan kita. Tapi semua kerajaan, semua klan makluk immortal sedang mencarinya," kata Marry.
"Aku juga ingin
tahu seperti apa anak itu," kata Taylor sambil tersenyum dan melompat
turun kebawah dari lantai tertinggi di kerajaan Vamplides.
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Marry yang kini sudah berada disamping kakaknya lagi.
"Bukankah darahnya
sangat berguna untuk makhluk immortal seperti kita? Bukankah darahnya
sangat berguna untuk ibu? Tentu saja darahnya juga menjadi ancaman bagi
Medusa dan dua saudari brengseknya itu, jadi aku akan-"
"Kau mau mencarinya
dan kau mau mencari masalah dengan tiga bersaudari Gorgon? Kau gila!"
potong Marry sambil menekankan suara teriaknya pada kata kau gila kepada kakaknya, membuat Taylor menghentikan langkahnya.
Taylor menolehkan kepalanya menatap Marry, "It's me!" Tanpa mempedulikan Marry, dia berjalan cepat dan hilang diantara lalu lalang para Vampire lain.
"Aku tak mau kehilanganmu kak," suara lirih Marry mengiringi kepergian kakaknya, Taylor.
-----
August 19th, 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar